Tuesday, November 22, 2016

Terpesona Kesunyian Amed



Sejujurnya ini adalah perjalanan yang cukup nekat. Hanya planning beberapa hari saya dan adik langsung berangkat menuju destinasi yang sangat tidak asing lagi, yaitu Bali. Bali sepertinya menjadi sesuatu yang membosankan yah? Setiap tahun ribuan orang Jakarta dan Surabaya banyak memenuhi tempat-tempat wisata di Bali.

Mulai dari Kuta, Sanur, Uluwatu, Seminyak, pantai Dreamland, pantai Pandawa, hingga Ubud, you name it! Itu saja sudah berdesak-desakan dengan turis mancanegara seperti Australia, negara-negara Eropa barat hingga sekarang yang sedang banyak yaitu turis dari Tiongkok! Gak kebayang kan betapa padat dan penuhnya Bali itu... Tapi, uniknya Bali adalah selalu saja memiliki tempat-tempat unik yang mungkin orang-orang banyak belum tahu, kalau bahasa sekarang sih anti mainstream.

Ya! Itulah yang ada di benakku saat hendak akan ke Bali, sebenarnya ingin pergi ke tempat lain namun dikarenakan satu dan lain hal jadinya ke Bali. Ya sudah apa boleh buat, perjalanan ke Bali kali ini harus menyenangkan dan berbeda! Setelah melakukan pencarian di dunia maya, akhirnya disepakatilah kami akan pergi ke pantai Amed di Bali Utara. Apakah kalian pernah mendengar namanya? Sedikit asing? Pantai Amed ini terletak di Bali utara atau lebih tepatnya di timur laut pulau Bali.

Nama Amed sebenarnya sudah cukup terkenal di telinga scuba divers profesional baik dalam maupun luar negeri, karena ada objek menarik yaitu US ship wreck (Tulamben) dan Japan ship wreck. Selain itu, pantai Amed memiliki pasir hitam khas Bali utara yang jauh berbeda dibandingkan pantai-pantai di selatan Bali. Konon, jika ingin melatih skill menyelam, Amed adalah tempat yang tepat bagi pemula untuk berlatih.

Titik start kami mulai dari area Kuta menuju ke pantai Amed ke arah timur laut. Jarak yang ditempuh sekitar 97 km dengan melewati jalan by pass Ngurah rai dan lanjut ke jalan Prof Ida Bagus Mantra terus ke arah timur. Kedengarannya jauh sekali namun kenyataannya tidaklah demikian, Bali memiliki jalanan aspal (mungkin) terbaik di Indonesia tanpa bolong sedikitpun! Belum lagi lalu lintasnya yang cenderung sepi di daerah pedesaan membuat kami menempuh waktu 3 jam dengan motor.

Sesuai dugaan, ternyata Amed adalah sebuah desa nelayan yang tenang sekali. Sepanjang jalan banyak café-café sekaligus penginapan murah yang juga menyewakan jasa snorkling dan penyelaman meski tidak semua. Suasana yang begitu sepi dan tenang ( melebihi Ubud) membuat rasa damai dan tak ingin pulang saja. Disepanjang pantai terdapat jejeran perahu nelayan yang memukau dan instagrammable. Dari kejauhan di arah Barat terlihat dengan megahnya gunung tertinggi di Bali yaitu gunung Agung. Jika kita berjalan menyusuri ke arah timur, kontur jalan akan naik ke atas bukit pinggir laut yang terdapat resto dan pemandangan yang ciamik! Speechless!

Pantai Amed dari atas tebing
Pemandangan dari Café Sunset Point

Lautnya pun tak kalah, meski berbatu dan berpasir hitam bukan berarti lautnya tak jernih. Pada kedalaman seperut saja, ikan-ikan kecil dan sedang  berwarna-warni bertebaran lho! Bahkan juga ada terumbu karang kecil di kedalaman satu meter. Jadi buat yang mau snorkeling ga perlu sewa perahu mahal-mahal, cukup jalan 3 meter ke laut sudah menikmati keindahan :) Kehidupan malam disini cukup unik karena sepi sekali. Pukul setengah delapan malam saja hampir tidak ada kendaraan di jalanan, sangat jauh dari hiruk-pikuk perkotaan. Saya mencoba nongrkong di beberapa café yang buka dan merasakan suasana yang amat berbeda.

Satu lagi yang cukup langka buat orang kota seperti saya adalah kehidupan nelayan tradisional. Meski keluarga nelayan disini mayoritas sudah menggantungkan hidupnya di dunia pariwisata, namun identitas ke-nelayan-an mereka masih melekat, bahkan sampai di anak-anaknya. Mereka masih melaut di subuh hari dan pulang di siang hari meski tidak sering. Bahkan turis juga bisa merasakan memancing ikan bersama nelayan subuh-subuh lho, bayar tentunya. Bagi yang ingin merasakan Bali dengan suasana yang berbeda, sangat direkomendasikan untuk datang ke Amed.

Hamparan pasir hitam dengan gunung Agung sebagai latarnya
Nelayan yang baru kembali melaut

Penginapan sekaligus café tempat kami menginap




Share:

Kamera dan Ransel

Powered by Blogger.